KROCOKAN (ADAT ISTIADAT YANG TERLESTARIKAN)

Krocokan setelah dicari Kamus Bahasa Indonesia tidak ditemukan dan ditanyakan kesesepuh desa ternyata tidak bisa mendevinisikan secara lengkap arti maupun asal bahasa yng digunakan. Akan tetapi warga desa mengartikan bahwa bahasa Krocokan merupakan kata yang digunakan warga untuk melakukan acara sedekah bumi yang dilaksanakan di desa tambaharjo.

Desa Tambaharjo merupakan wilayah yang manyoritas merupakan lahan pertanian. Jaman dahulu sering mengalami gagal panen ataupun hasil panen yang kurang baik. Setelah rembug desa akhirnya disepakati akan melakukan pemotongan kambing untuk melakukan ( Krocokan) Sedekah Bumi, Acara  tersebut merupakan bentuk rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala nikmat dan karunia yang diberikan  berupa bumi sebagai tempat berpijak dan segala sesuatu yang tumbuh diatasnya sehingga dapat diambil hasilnya untuk kelangsungan hidup serta untuk menolak segala macam bala (musibah) yang akan menimpa Desa Tambaharjo.

Berawal dari tarikan (iuran) warga untuk melakukan sedekah bumi, berjalannya waktu ada sepasang suami istri yang bernama Mad Ngumar b Sakilah, pasangan suami istri tersebut tidak dikarunia Keturunan sehingga harta yang dimiliki berupa tanah sawah seluas 9.800 m² (500 ubin) dihibahkan pada masa kepemimpinan luran Marta Sentana ke warga untuk pembiayaan pengadaan Sedekah Bumi baik dari pembelian kambing maupun kelengkapannya.

Acara Sedekah bumi menjadi tradisi yang selalu terjaga sampai saat ini. Acara tersebut dilakukan setiap tahun pada awal bercocok tanam pertama (musim rendeng) . Dilakukan secara bersama-sama seluruh warga, kaum laki-laki membersihkan kambing tersebut  setelah dipotong sedangkan kaum perempuan memasak kambingnya. Hasil pemotongan  kambing tersebut dibuat gulai dan dibagikan keseluruh warga.